![]() |
Foto mahasiswa IPB yang sedang berkumpul memperingati hari tani yang selenggarakan oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) |
Persepsi
pemuda perkotaan tentang tingkat pendidikan petani dimasa depan
Di era globalisasi sekrang ini peran pemuda sangat
berpengaruh terhadap keberlanjutan sector pertanian dan menjadi penerus
perjuangan generasi terdahulu untuk mewujudkan cita- cita bangsa ini. Kondisi
sekarang ini menunjukkan minat anak muda untuk bekerja disektor pertanian cendrung
menurun, padahal sektor
pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat berperan terhadap pembangunan
ekonomi karena memiliki potensi pertanian dan sumberdaya alam yang
berlimpah dengan diversifikasi dan ketersediaannya sepanjang tahun. Dengan
potensi pertanian yang luarbiasa ini sepantsnya bangsa ini menjadi salah satu
Negara agrarian yang maju dibidang pertanian.
Kecendrungan
penurunan minat anak muda dan pekerja di sektor pertanian terbukti dari hasil
Sensus Pertanian 2013, menunjukkan di Indonesia jumlah rumah tangga usaha
pertanian mengalami penurunan sebanyak 5,04 juta rumah tangga dari 31,17 juta
rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26,13 juta rumah tangga pada tahun 2013,
yang berarti rata-rata penurunan per tahun sebesar 1,75 persen (BPS 2013). Penurunan
jumlah petani usia muda tersebut disebabkan oleh keinginan pemuda yang sudah
memudar untuk bekerja di sektor pertanian, dan lebih cenderung memilih
pekerjaan di sektor luar pertanian, baik di daerah desa tempat tinggalnya
maupun di daerah perkotaan.
Sebagian besar generasi muda sebelum menentukan dan memilih jenis
pekerjaan yang akan ditekuni, mereka terlebih dahulu mempunyai suatu pandangan
mengenai jenis pekerjaan tersebut. Dalam hal ini, anak muda mempunyai persepsi
tersendiri mengenai pekerjaan dan memutuskan bekerja di sektor pertanian. Proses
pembentukan persepsi ini dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh faktor internal yang
berasal dari dalam diri sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari luar
diri generasi muda tersebut. Penilaian atau persepsi tentang pekerjaan di sektor pertanian sangat
dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, pengalaman, dan jenis kelamin. Penilaian tersebut juga berdasarkan
proses sosialisasi yang dilakukan orang-orang di sekelilingnya, yaitu
teman-teman dan keluarganya, juga berdasarkan status kepemilikan lahan sawah.
Melihat fenomena sekarang ini sehingga pembangunan
pertanian dan regernerasi petani menjadi isu yang menarik untuk dikaji dan
dicari solusinya. Seiring dengan berkurangnya aktifitas anak muda yang bekerja dibidang
pertanian untuk itu Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) mencoba
melakukan riset terkait persepsi anak muda perkotaan terhadap pertanian dan
permasalahan pangan. Berikut adalah data hasil survey KRKP mengenai persepsi
anak muda perkotaan di kota Bogor.
Tabel persepsi anak muda perkotaan tentang kepantasaan lulusan Sekolah
menengah
sampai perguruan tinggi menjadi petani
|
||||
Persepsi
|
Frekuensi
|
Persentase
|
||
|
|
|
||
Valid
|
Sangat Tidak Setuju
|
5
|
2,8
|
|
Tidak Setuju
|
21
|
11,7
|
||
Ragu-ragu
|
22
|
12,2
|
||
Setuju
|
112
|
62,2
|
||
Sangat Setuju
|
20
|
11,1
|
||
Total
|
180
|
100,0
|
Dari data diatas 62,2% setuju bahwa
anak muda pantas
menjadi petani walaupun dari jenjang
pendidikan yang berbeda-beda sekalipun. Dan 5% yang tidak setuju kalau anak muda yang sudah
berpendidikan menjadi petani karena masih menganggap menjadi petani tidak
menguntungkan dari segi ekonomi kecuali yang memiliki lahan yang luas. Data
diatas menunjukkan bahwa sebagian besar anak muda perkotaan di daerah Bogor
setuju kalau anak muda yang sudah mengenyam pendidikan pantas menjadi petani.
Alasanya karena anak muda yang sudah berpendidikan lebih cepat melakukan
inovasi, memiliki jaringan dan pengetahuan yang luas untuk mengembangkan
pertanian. Sehingga ke depan membutuhkan petani muda yang memiliki ilmu pengetahuan dan penguasaan
teknologi
yang memadai. Namun kondisi sekarangini, nyatanya ada ratusan
sarjana pertanian dan bahkan jutaan anak muda yang dihasilkan dari perguruan
tinggi di Indonesia tidak tertarik untuk bekerja di sector pertanian.
kalau kita cermati dari data hasil laporan KRKP 2016,
sebagian petani pangan yang pendapatannya rendah berpikir menjadi petani
tidaklah tepat. Oleh karena itu mereka menglihkan mata pencaharian dari
kegiatan usaha tani yang mereka jalankan ke non pertanian. Indicator bahwa
petani tidak suka pada usaha taninya terlihat terlihat dari cara pandang dan
keinginan para petani tersebut berharap agar anak mereka tidak menjadi petani
seperti yang mereka kerjakan saat ini. Dengan adanya persepsi seperti ini
terkadang pendidikan menjauhkan pemuda desa menjadi petani. Namun pemaparan ini
bukan bermaksud untuk berputar dan berpanjang lebear membicarakan sikap petani,
tetapi kita harus lebih focus melihat perlunya lembaga formal dalam hal ini
sekolah dan perguruan tinggi untuk menanamkan dan meyakinkan bahwa petani dan
pertanian membutuhkan anak muda dan pekerjaan sebagai petani merupakan peerjaan
yang mulia. Oleh sebab itu, perlu kedepan adanya perhatian dan penghargaan dari
pemerintan dan perguruan tinggi ke petani, supaya Persepsi mengenai kegiatan
bertani yang identic dengan kotor, kumuh, lusuh dan miskin bias hilang dan
minat anak muda untuk terjun kebidang pertanian meningkat.
0 komentar:
Posting Komentar